Berdosa & Berdoa
Berdosa & Berdoa

( Luk 18:9-14 )
( Mak Anna dan Anaknya )
Saudara-saudara yang terkasih, ketika saya masih frater yang sedang berpastoral di salah satu kota di Jawa Timur, saya mengalami suatu peristiwa ini. Ada seorang nenek, katakanlah namanya Mak Anna yang mempunyai seorang anak perempuan umurnya sekitar 20 tahun. Anak perempuannya, yang sebut saja Engky, ini ternyata tidak normal, seringkali ia menderita seperti epilepsi. Mak Anna ini hidup hanya bersama anaknya yang tidak normal ini dan ia sangat mencintai anaknya. Pada suatu hari saya mendapat tilpun dari seorang ibu, bahwa Engky sakit sangat gawat, ia minta saya segera datang ke rumahnya. Saya dengan cepat menghubungi seorang dari kelompok Legio Maria untuk menemani saya berkunjung ke rumahnya. Ketika saya sampai di rumahnya dan memasuki kamar, saya melihat Engky berbaring di tempat tidur dengan nafas yang tersengal-sengal. Mak Anna ada di sampingnya dan ada dua ibu tetangga di dalam kamar itu. Kata Mak Anna ketika melihat saya: ‘F’Frater..., bagaimana dengan anak saya ini.....’ Saya diam saja hanya melihat Engky sambil memegang tangannya. Saya lalu mengajak ibu-ibu yang ada di situ berdoa rosario. Kami lalu mulai dengan doa Rosario dan Mak Anna juga ikut berdoa. Satu peristiwa doa rosario telah selesai, tetapi Engky semakin berat nafasnya. Mak Anna bertambah bingung melihat anaknya semakin tersengal-sengal, malah dikirain anaknya akan mati. ‘Yesus...., Yesus.... tolonglah anakku...’ Mak Anna mulai berteriak-teriak. Kami semua menjadi tambah bingung. Doa Rosarionya menjadi kacau karena diganggu teriakan Mak Anna. Semakin lama Mak Anna semakin histeris, ia berdiri, lalu menyobek-nyobek bajunya sendiri. Orang-orang memegangi Mak Anna erat-erat karena kepalanya sendiri dibentur-benturkan ke tembok. Pada saat itu datanglah seorang Suster yang telah dihubungi sebelumnya. Suster yang berkarya di sebuah poliklinik ini membawa stetoskop untuk memeriksa Engky. Ia berkata kepada saya lirih: ‘Tidak apa-apa, jangan khawatir...’ Mak Anna yang mendengar kata-kata Suster itu mereda histerisnya dan mau duduk kembali. Hari itu Engky dibawa ke rumah sakit dan akhirnya sembuh. Saudara-saudara yang terkasih, pada saat Engky sakit itu, siapakah yang sebe­narnya berdoa? Kami semua pertama-tama menyalahkan Mak Anna yang meng­ganggu doa rosario kami, tetapi akhirnya kami semua menyadari bahwa yang sesung­guhnya berdoa pada waktu itu adalah Mak Anna sendiri. Ia berdoa dengan seluruh perasaannya, sedangkan yang lain mungkin hanya mulutnya saja yang berkomat-kamit.

( Doa Bukan Hanya di Mulut )
Saudara-saudara yang terkasih, sesungguhnya doa itu merupakan sambung rasa dengan Tuhan, jadi bukan hanya sambung kata saja. Tuhan hanya mendengarkan apa yang bersuara dalam hati kita, dalam rasa kita, bukan kata-kata yang keluar dari mulut kita. Memang baik juga berdoa dengan kata-kata, tetapi kata-kata tanpa dihayati dalam rasa akan merupakan kata-kata kosong belaka. Oleh karena itu marilah kita merefleksi doa-doa kita setiap hari, baik di Gereja maupun secara pribadi di rumah. Apakah kita ini hanya pandai menghafal doa hafalan, seperti Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan dan sebagainya. Doa-doa itu semua baik saudara-saudara, asalkan dihayati betul arti katanya, bukan hanya sekedar berbunyi di mulut. Karena saya mengalami berdoa bersama rosario bersama umat di kring. Ada yang berdoa dengan pelan dengan penuh penghayatan, tetapi ada yang begitu cepat, supaya cepat sesesai dan menikmati hidangan. Nah yang kedua inilah yang tidak baik. Orang Katolik tidak diharuskan berdoa hafalan, tetapi juga doa pribadi yang keluar secara tulus dari hati. Tetapi biasanya yang kedua ini orang-orang Kristen Protestan lebih baik. Kita akui saja, bahwa mereka lebih baik dalam doa pribadi, oleh karena itu marilah kita belajar dari mereka untuk dapat berdoa pribadi dengan lebih baik lagi.

( Doa Seorang Pemungut Cukai )
Saudara-saudara yang terkasih, dalam Injil yang baru saja kita dengarkan, ada dua orang yang sedang berdoa. Yang satu adalah orang Farisi dan yang lain adalah seorang pemungut cukai. Yang akan ditekankan di sini adalah bagaimana sikap mereka dalam berdoa. Orang Farisi ini berdoa dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan dirinya sendiri di hadapan Tuhan, bahwa ia selalu taat berdoa, berpuasa dan berderma dan sebagainya. Yang kurangajar ialah bahwa ia menganggap lebih suci dari orang lain. Bahkan menunjuk pada pemungut cukai itu sambil berkata: ‘A’Aku bersyukur kepadaMu Tuhan, karena aku bukan perampok, pezinah dan tidak seperti pemungut cukai itu.’ (Luk 18: 11). Di hada­pan Tuhan ia menilai dirinya sendiri baik dan orang lain jelek. Saudara-saudara yang terkasih, inilah yang disebut kesombongan rohani. Oleh karena itu Yesus sering menga­ta­kan bahwa mereka ini adalah orang-orang munafik. Orang Farisi seringkali disebut Yesus untuk melambangkan kesombongan bangsa Israel secara keseluruhannya yang nota bene adalah bangsa pilihan Tuhan. Mereka karena merasa sudah terpilih Tuhan, maka menganggap Surga itu miliknya sendiri, dan tidak senang orang lain juga ikut memasuki Sorga. Mereka berdoa sambil menuntut Tuhan membalas kebaikan-kebaikan yang sudah ia lakukan. Di lain pihak adalah pemungut cukai, yang memasuki Bait Allah dengan takut-takut karena ia merasa sebagai orang berdosa yang tak pantas mendekati Allah. Perlu diketahui bahwa para pemungut cukai ini di Israel sangat dibenci rakyat. Karena kebanyakan dari mereka menggunakan tugasnya ini untuk memperkaya diri dengan memungut pajak lebih daripada seharusnya. Sistem pajak dalam masa penjajahan itu begini: Penguasa Romawi hanya menentukan bahwa suatu daerah harus menyetorkan pajak sekian, misalnya saja 5 juta rupiah pertahun. Jika Kepala Daerah bisa menarik pa­jak lebih dari 5 juta rupiah, maka kelebihannya itu dipakai untuk dirinya sendiri. Jadi pa­ra pemungut cukai harus bisa menarik pajak dari rakyat sebesar-besarnya agar keun­tungan para Kepala Daerah semakin banyak. Inilah sebabnya para pemungut cukai ini dibenci rakyat dan dianggap sebagai pemeras. Tetapi tentu saja tidak setiap pemungut cukai berbuat demikian, ada juga yang jujur, memungut secara wajar. Pemungut cukai yang merasa banyak dosanya ini berdoa: ‘Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.’ Pemungut cukai ini sungguh-sunguh menyadari dosanya yang membuat dirinya dibenci rakyat. Mungkin ia adalah pemungut cukai yang jujur, yang memungut sewajarnya apa yang harus dibayar rakyat, tetapi dengan mau melaksanakan jabatannya itu saja sudah dianggap sebagai dosa. Orang ini merasa tak pantas masuk dalam Bait Suci, maka ia tak berani mendekati altar ataupun menengadah ke atas, sebagaimana orang Farisi berdoa. Hanya dengan belas kasihan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Pengampun saja ia menjadi pantas. Saudara-saudara yang terkasih, sebenarnya kita pun seperti para pemungut cukai ini. Kita pun tak pantas memasuki Gereja atau Rumah Tuhan dalam keadaan dosa, apa­lagi dosa berat. Tetapi jika kita bertobat, menyesali dosa-dosa kita, dan karena belas kasihan Tuhan yang telah mengampuni kita, kita menjadi pantas masuk dan berdekatan dengan Tuhan Yang Kudus. Hanya dengan belas kasihan dan rahmatNya saja kita ini men­jadi pantas menjadi anak Tuhan.

( Aku Ini Orang Berdosa )
Saudara-saudara yang terkasih, di hadapan Tuhan kita ini tidak berarti apa-apa, hanya Tuhan saja yang mampu menjadikan kita berarti. Oleh karena itu tak ada alasan sedikit pun jua kita menyombongkan kebaikan-kebaikan kita. Apalagi dengan menganggap diri lebih baik daripada orang lain. Orang-orang semacam ini justru tak pantas menjadi anak Tuhan. Marilah kita dengan rendah ati berkata seperti apa yang dikatakan Petrus kepada Yesus: ‘T’Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini orang berdosa’ (Luk 5:8 ). Justru dengan sikap inilah Tuhan mau mendekati kita dan menganugerahkan pengampunanNya. Amin.
Zakheus Membuat Kejutan (Luk 19:1-10). Membaca kisah Zakheus ini saya bisa tertawa sendiri. Betapa tidak, ada orang tua naik pohon untuk melihat Yesus lewat. Jika yang naik pohon itu anak-anak, maka hal itu adalah sesuatu yang wajar, tetapi di sini yang naik pohon adalah Zakheus, orang tua, Kepala Pemungut Cukai, jadi bukan orang sembarangan, bukan? Nah untuk selanjutnya, Anda akan banyak menemukan kejutan-kejutan dalam kisah Zakheus ini. l Kejutan 1: Ada orang tua dan orang terpandang naik pohon untuk melihat Yesus. Orang itu adalah Zakheus. l Kejutan 2: Yesus menyapa dengan ramah Zakheus. Hal ini sama sekali di luar dugaan Zakheus. Zakheus tentunya tahu diri, sebagai Kepala pemungut cukai yang dibenci rakyat, tentunya juga dibenci Yesus. Mestinya Yesus akan melengos tanpa mau melihatnya atau bahkan meludah ketika melihatnya. Tetapi sungguh di luar benak Zakheus, Yesus menyapa, memanggil namanya bagaikan seorang sahabat lama saja. l Kejutan 3: Yesus mau menumpang di rumahnya. Di sini yang terkejut bukan hanya Zakheus, tetapi juga para murid Yesus sendiri. l Kejutan 4: Yesus memberikan jaminan keselamatan pada Zakheus. Bahkan pada diri Kepala pemungut cukai pun masih ada kesempatan untuk memperoleh keselamatan l Kejutan 5: Zakheus berjanji akan memberi setengah dari harta kekayaannya untuk orang miskin. Serta akan mengembalikan 4 kali lipat jika ada orang yang pernah diperasnya. Ini adalah sebuah silih atas dosa-dosanya. Nah dalam Kisah Zakheus ini ternyata ada 5 kejutan, yaitu peristiwa yang luar biasa, yang tidak akan terjadi sebagaimana biasanya. Sekarang kita akan lihat satu persatu kejutan-kejutan yang terjadi pada Kisah Zakheus ini.

(Orang Tua Naik Pohon)
Zakheus bukan hanya orang tua, tetapi juga orang yang berpangkat tinggi, walaupun jabatannya tidak disukai rakyat, karena dia adalah Kepala Pemungut Cukai. Betapa tidak mengejutkan ada oranga tua berpangkat, memanjat pohon, hanya untuk dapat melihat Yesus. Apakah ia tidak malu diketahui oleh orang banyak, yang sebagian besar tentunya mengenal dia? Hal itu hanya mungkin jika dalam hati Zakheus memang sudah terbakar kerinduan untuk dapat melihat Yesus. Ini berarti dalam hati Zakheus, bukan hanya sekedar ingin tahu atau ingin melihat rupa Yesus , tetapi tentunya sudah terkandung benih iman yang dalam.Melihat Yesus Sang Mesias berarti melihat keselamatan, maka ia memutuskan untuk tidak boleh tidak, harus melihat Yesus, dengan cara apapun hari itu. Mungkin kesempatan lain mungkin tidak akan terjadi lagi, yaitu Yesus melewati rumahnya..

(Bagaikan Sahabat Lama)
Yesus tidak melengos menunjukkan ketidaksukaannya pada Zakheus, sebagaimana rakyat membencinya. Ia bahkan menyapa Zakheus dengan memanggil namanya, entah siapa yang memberi tahu nama Zakheus. Di sini tampaknya Yesus bagaikan menyapa sahabat lama saja. Mungkin Yesus sudah tahu apa yang terkandung dalam hati Zakheus, Yesus mungkin tersentuh pada usaha Zakheus dengan segala cara untuk melihat diriNya, walaupun dengan cara yang mungkin akan memalukan bagi seorang Kepala Pemungut Cukai ini. Yesus tahu bahwa di dalam peristiwa yang menggelikan dan memalukan ini terkandung iman yang besar, maka Yesus memutuskan untuk tinggal di rumah orang yang baru beriman ini.

(Janji Zakheus)
Janji Zakheus juga merupakan kejutan , karena baru kali ini kita melihat ada orang bertobat dengan janji memberikan setengah hartanya (dalam kasus ini cukup besar jumlahnya, karena Zakheus itu kaya). Jika Zakheus itu orang jujur, maka sebagai kepala Pemungut Cukai ia juga akan bisa kaya, tetapi dengan tidak jujur kekayaannya bisa menjadi dua kali lipat jumlahnya. Maka separo dari harta kekayaannya yang mungkin didapatkan dari hasil ketidak-jujurannya itu akan dikembalikan dengan cara membagikannya kepada orang miskin. Untuk meyakinkan pada Yesus bahwa ia benar-benar telah bertobat, maka ia berjanji lagi akan mengembalikan 4 kali lipat kepada orang yang pernah diperasnya. Di sini kita tahu Zakheus benar-benar telah berubah. Zakheus lama telah berubah menjadi Zakheus baru, akibat sapaan ramah Sang Mesias. Hari itu telah terjadi keselamatan di Rumah Zakheus. Keselamatan itu terjadi dari dua pihak. Pertama adalah pertobatan Zakheus dan kedua adalah kedatangan Yesus. Hanya di dalam Yesuslah ada keselamatan, maka kehadiran Yesus adalah kedatangan keselamatan itu.

(Apa Artinya bagi Kita)
Apa arti kisah Zakheus ini bagi kita? Marilah kita teliti satu-persatu: l Jangan mudah putus asa, jika kita mendapatkan banyak kendala dalam mencari Tuhan. Tuhan berkata bahwa dalam kaum miskinlah kita akan dapat melihat Tuhan. (Mat 25:40). Untuk bisa membantu dan mencintai kaum miskin, kita banyak kendala. Marilah kita meniru pada Zakheus untuk tidak mudah putus asa untuk melihat Yesus. Jangan malu-malu kalau kita mau berinisiatip membantu kaum miskin dan mencintainya. Biarlah orang lain mentertawakan usaha kita, mungkin usaha kita in I bagaikan Zakheus yang memanjat pohon untuk melihat Yesus. l Jangan buang orang-orang yang kita pandang berdosa, marilah kita dekati dengan baik-baik penuh persahabatan. Kita perbaiki kelakuannya dengan cara yang bersahabat. Kebencian, sumpah serapah dan pengusiran tak akan membuahkan kebaikan bagi dia dan kita. Kita mungkin bisa meniru Yesus yang menyapa ramah Zakheus sang pendosa itu. l Walaupun Tuhan telah mengampuni dosa-dosa kita dalam sakramen tobat misalnya, marilah kita membuat silih sebagai bukti bahwa kita benar-benar telah berubah. Misalnya janji pada Tuhan untuk membantu kaum miskin yang kita kenal, memberi dana pada anak yatim-piatu, berpuasa, mati raga, atau berjanji akan membuat kebaikan-kebaikan yang lain. Hal itu akan sangat menyenangkan hati Tuhan.

(Penutup)
Akhirnya marilah saudara-saudari terkasih dalam Yesus, dalam ekaristi ini kita berdoa, agar Tuhan juga menganugerahi kita rahmat keberanian, sebagaimana Zakheus yang pantang menyerah untuk mendapatkan jalan melihat wajah Tuhan dan keberanian untuk membuat silih yang bisa menyenangkan hati Tuhan dan sesama kita. Amin.

Sumber: Pondokrenungan.com

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
Belajar Bercinta
Belajar Bercinta

1. Bagi orang yang ringan mulut, perlu belajar diam. Mulai dengan memperpendek kata2 ketidakpuasan.

2. Bagi orang pendiam dan / atau sudah pandai mengendalikan lidah, belajarlah berdoa diam2 di hati, bila disakiti hatinya.

3. Jangan membiasakan diri marah terhadap Tuhan bila dikecewakan hatinya. Bila terhadap Tuhan pun biasa marah, apalagi terhadap sesama manusia.

4. Perlulah kita belajar marah, secukupnya. Marah yang pakai alasan dan pakai aturan atau ukuran.

5. Marah yang keterlaluan dan keterpanjangan, hanya menambah luka2 di batin sendiri.

6. Terhadap orang yang tidak / belum dapat diperbaiki, hendaknya kita melatih diri untuk bersabar dan berbelaskasihan. Jangan malahan meningkatkan kemarahan dan kebencian.

7. Bila " dia " tidak / belum dapat berubah, aku sendirilah yang segera mulai mengubah diriku menjadi baik atau lebih baik. Maka terciptalah suatu awal keseimbangan.

8. Ada orang yang punya fasilitas sedikit tetapi disyukuri banyak. Jika dikecewakan, ia menganggap kekecewaan sebagai hal yang biasa saja, hal yang menimpa setiap orang, di waktu2 tertentu, bahkan ia bisa mengubah kekecewaan menjadi hikmah dan harapan : esok akan lebih baik!!

9. Ada pula orang2 yang beruntung di dalam usaha2-nya, akan tetapi masih selalu merasa kurang. Bahkan mengiri orang2 lain yang dipandangnya lebih beruntung dan lebih mapan. Lahiriah mewah, tetapi di batin tumbuh luka2 iri dan nafsu serakah yang tak terpuaskan. Ia, si kaya itu, berwajah muram, sepertinya berbedak hitam.

10. Di hidup ini ada orang2 yang berkedudukan tidak tinggi dan berharta cukup2 saja. Tetapi ia puas dengan yang telah dicapainya dan pantang berambisi lebih. Ia puas dengan yang pas. Dia ini mirip pemain yang pas mendapat kartu2 yang hanya pas2-an baik. Tetapi dia sangat pandai menjalankannya, sehingga selalu dinilai sebagai pemenang!!

11. Kita menderita karena kita cinta kepada orang itu yang memang kesayangan kita.

12. Kita menderita karena orang kesayangan kita tertimpa malapetaka.

13. Kita menderita karena orang2 yang sangat kita cintai menyakiti hati kita. Tetapi kita tetap mencintai mereka karena kita tak bisa berhenti mencintai mereka.

14. Bisa kita coba berhenti mencintai mereka, atau mengubah diri & hati untuk membenci mereka; akan tetapi hasilnya ialah : derita yang lebih parah bagi kita sendiri!!

15. Tetapi bertahan atau meneruskan mencintai mereka, juga merupakan derita. Akan tetapi menderita karena cinta merupakan pilihan lebih baik daripada menderita karena benci.

16. Aku mau menderita karena cinta; menderita dalam kesadaran & kebaikan hati; dalam penerimaan yang rela. Dalam doa2 yang suci, manis & mengobati hati.

17. Ada seseorang yang sangat marah kepada sahabatnya dan menentukan niat mau diam saja bila disapanya. Di saat dan tempat tak terduga, ia jumpa dan langsung disapa oleh sahabatnya yang dia benci. Akan tetapi ganti diam / marah, ia senyum dan memeluknya. Ketika tersadari lebih mendalam, ia menyesal!! " Saya telah salah sikap, ya, saya telah keterlaluan cinta padanya!! Saya telah salah cinta!!"

18. Ada suatu daya dalam diri masing2 kita yang sungguh agung. Daya yang lebih besar dari yang kita sadari / mengerti.

19. Cinta yang dalam & berakar lama di batin terdalam, punya daya seperti mukjizat.

20. Ada daya lain pula yang se-waktu2 mendatangi kita. Daya cinta pemberian Tuhan!! Pun pula daya2 doa kita & doa orang lain.

Sumber: Pondokrenungan.com

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
Antara Memberi dan Menerima
Antara Memberi dan Menerima

Memberi dan menerima bukanlah suatu tindakan yang asing. Semua manusia akan dengan mudah mengatakan bahwa kedua tindakan tersebut merupakan bagian integral dari aktivitas hidup manusia setiap hari, suatu aksi yang sekian spontan sehingga tak perlu membuang banyak waktu untuk berpikir tentangnya. Namun sesuatu yang amat biasa terkadang menuntut suatu pertimbangan yang lebih layak.

Tindakan memberi dan menerima sudah dipelajari seseorang sejak ia masih merupakan seorang bayi. Walau tanpa kesadaran, tindakan paling awal yang dilakukan seorang bayi adalah “menerima. Sang bayi menerima dan menghirup udara, ia menerima hidup dan situasi dunia yang sangat jauh berbeda dengan situasi “firdaus” yang dialaminya ketika ia masih dalam rahim ibu. Perbedaan kondisi hidup yang diterima sang bayi pada titik awal ini sering amat menakutkan. Karena itu sang bayi lalu menangis. Ia membutuhkan sesautu, ia membutuhkan perlindungan yang dengan segera diterimanya dari tindakan memberi dari seorang ibu. Semua yang dialami bayi pada tahap awal ini akan sangat berpengaruh bagi perkembangan hidupnya selanjutnya, bukan saja terbatas pada aksi memberi dan menerima, tetapi juga secara luas dalam keseluruhan aktivitas hidup sosialnya. Sang bayi belajar memberi dan menerima, dan menjadikannya sebagai aktivitas spontan hidup hariannya.

Antara kedua tindakan tersebut sulitlah untuk dibuat distinksi, sulitlah untuk dibuat prioritas tindakan manakah yang lebih penting dan harus didahulukan. Ada sekian banyak konteks yang harus turut dipertimbangkan untuk memberikan penekanan pada satu dari kedua aksi tersebut. Dalam dunia psikoterapi, yang juga amat menuntut keterlibatan kedua tindakan tersebut, “therapeutic acceptance” lebih banyak dipandang sebagai unsur penting dalam sebuah proses penyembuhan, lebih dari pada berbagai “technological medicine” lainnya. Kebanyakan klien yang mengalami goncangan psikologis melihat hidupnya amat tidak bernilai. Carl Gustav Jung, seorang psikiater terkenal asal Swiss, mengindikasikan bahwa sepertiga dari pasien yang datang kepadanya menderita kehampaan makna hidup (the meaninglessness of life). Hal ini bertolak dari ketidak-sanggupan klien untuk menemukan arti dari keberadaan dirinya sendiri, yang mencakup keseluruhan aspek personalitasnya.

Dalam situasi seperti ini, tindakan “menerima” yang diekspresikan sang psikiater akan melahirkan suatu pemahaman baru dalam diri klien. Dia akan menyadari bahwa dirinya ternyata masih memiliki sesuatu, bahwa ia masih memiliki kata-kata yang layak didengar, sekurang-kurangnya oleh ¡§dia¡¨ yang kini sedang berada di depannya. Adalah suatu kebahagiaan terbesar dalam hidup untuk menyadari bahwa saya masih layak didengarkan, masih layak diterima, masih layak dicintai dan mencintai. Dalam proses inilah si klien perlahan-lahan menemukan arti dirinya, dan inilah awal dari suatu proses penyembuhan.

Namun tindakan memberi dan menerima itu dapat pula dilihat dari sudut pandang yang lain. Oral Roberts dalam bukunya “Miracle of Seed-Faith” memberikan tekanan utama pada tindakan “memberi”. Tindakan memberi, apapun bentuknya baik material maupun rohaniah seperti pemberian kemampuan diri, bakat ataupun waktu bagi orang lain, ditempatkan Roberts sebagai benih-benih yang tertabur, yang pada baliknya akan bertumbuh dan memberikan panen yang berlimpah. Dalam Kitab Suci terdapat banyak kisah tentang hal ini. Pemberian lima buah roti dan dua ekor ikan bagi banyak orang di padang gurun ternyata menjadi benih iman untuk menghasilkan dua belas bakul roti. (Mat. 14, 13-21). Pemberian perahu oleh Simon Petrus untuk digunakan Yesus mengajar orang banyak tentang kabar gembira Kerajaan Allah, ternyata menjadi benih iman untuk menghasilkan banyak ikan. (Luk. 5, 1-11).

Di sini Oral Roberts menunjukkan bahwa tindakan kita untuk memberi tidak pernah berlangsung sia-sia, tetapi bahwa dalam tindakan tersebut baik si penerima maupun si pemberi sama-sama menerima “sesuatu”. Bahkan si pemberi menerimanya kembali dalam jumlah yang telah dipergandakan. Namun hal ini tidak dimaksudkan untuk memperkokoh paham jkuno “do ut des”, memberi untuk menerima kembali (saya memberi agar engkaupun memberi). Tetapi inilah kebenaran yang ditawarkan oleh Yesus sendiri, “Berilah maka kamu akan diberi.” (Luk 6, 38). Dan bahwa si pemberi akan menerima kembali sesuai ukuran yang dipakai dalam memberi kepada orang lain.

Begitulah... Sesuatu yang kita berikan akan diterima kembali. Yang terpenting adalah bahwa pemberian tersebut terjadi dalam konteks “benih iman” yang tertabur, yang menuntut keyakinan kita untuk menempatkan Allah sebagai pusat segalanya, yang akan mempergandakan pemberian itu dan melimpahkannya kembali kepada si pemberi dalam bentuk dan sarana yang tak dipahami manusia. Kita bersatu bersama Petrus yang bertanya kepada Yesus bahwa ia telah memberikan segala sesuatu tetapi apa upah yang akan diperoleh?? Yesus menjawab “...kamu akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” (Mat. 19, 29).

Sumber: Pondokrenungan.com

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
Aku Ingin Tidur
Aku Ingin Tidur

Di tengah kesejukan udara Prigen, aku membuka-buka lembaran misa hari minggu. Tiba-tiba mataku terpaku pada bacaan I. Dikisahkan Elia masuk padang gurun dan ingin mati saja "Cukuplah sudah! Sekarang ya Tuhan ambilah nyawaku, sebab aku tidak lebih baik dari nenek moyangku." Tapi malaekat memberinya roti dan air. Elia memakannya dan kembali tidur. Tapi malaekat memberi roti dan air lagi. Ini bekal baginya untuk melanjutkan perjalanan ke gunung Horeb. Makanan itu menjadi kekuatan bagi Elia untuk meneruskan perjalanan. Bacaan pertama habis sampai situ. Tapi jika melihat perikop selanjutnya, di gunung Horeb, Allah menyatakan diri pada Elia.

Bacaan ini merupakan jawaban Allah atas kegelisahanku. Aku gelisah dan putus asa, sehingga ingin menyatakan berhenti saja, meski belum separah Elia yang ingin mati saja. Aku ingin tidur. Ingin melupakan semua hal yang terjadi. Melupakan semua yang telah kulakukan selama ini. Aku tidak peduli lagi dengan apa yang sedang terjadi. Aku tidak ingin peduli lagi dengan teman-temanku. Apakah mereka akan terus mencuri atau berkelahi, bahkan membunuhpun aku tidak peduli. Toh mereka bukan apa-apaku. Bukan keluargaku atau umatku. Aku ingin menikmati mimpi-mimpiku di keheningan gurun. Menikmati kenyamanan kamarku dengan segala fasilitasnya yang ada. Menikmati hidupku sendiri. Tidak lagi dipusingkan oleh teman-teman yang membosankan dan menjengkelkan.

Tapi ternyata malaekat datang padaku. Dia tidak datang sendirian seperti yang dialami oleh Elia, melainkan mereka datang berbondong-bondong Para malaekat itu juga tidak hanya membawakan roti dan kendi berisi air, melainkan juga cambuk, lampu untuk penerangan dan tongkat serta kompas untuk menunjukan arah. Aku bersyukur di tengah kegalauan hati, aku punya banyak teman-teman yang baik. Mas Yoga, Suhu, Mang Ucup, Mas Gunawan, Kis, Mas AJS, Tnt, Mbah Bi, Luxi, Jenny, dan lain-lainnya yang dengan sepenuh hati memberikan pencerahan yang sangat berguna. Aku merasa mereka semua terlibat dalam pergulatanku dan merasakan kegelisahanku.

Para malaekat memberikan banyak bekal bagiku untuk meneruskan langkah menuju gunung Horeb. Aku saat ini tidak berharap terlalu muluk. Aku nggak peduli apakah perjalanaku ini akan sampai tempat dimana Allah menyatakan diri seperti yang dialami oleh Elia. Aku hanya ingin melanjutkan perjalanan entah sampai mana dan sampai kapan seperti Pak Tomo yang telah membangun rumah batunya dan tidak akan berhenti sampai kematian datang menjemputnya. Meski dia sendiri tidak tahu untuk apa rumah itu selanjutnya. Terima kasih Mas Yoga yang sudah mengingatkan saya pada Pak Tomo. Apakah ini suatu bentuk kefrustasian yang baru? Aku yakin bukan. Bahkan sebaliknya ini adalah suatu bentuk semangat baru.

Kusadar bahwa keputusaasanku disebabkan aku terlalu bodoh dan sombong. Aku ingin mengubah dunia. Benar kata Suhu bahwa memang kejahatan harus selalu ada supaya kebaikan itu menjadi nyata. Sama seperti Yesus yang mengatakan kemiskinan akan selalu ada padamu. Teman-temanku adalah orang miskin dalam berbagai hal. Mereka tidak hanya miskin tapi juga dimiskinkan dalam berbagai aspek dan oleh banyak faktor. Mengapa Yesus membiarkan kemiskinan selalu ada? Bukankah Dia bisa saja untuk menjadikan kemakmuran yang abadi? Jika semua orang menjadi kaya maka orang tidak lagi memiliki belas kasih untuk memberikan apa yang dia miliki bagi sesama. Adanya orang miskin membuat orang kaya senantiasa ditantang untuk berbelas kasih.

Dalam keheningan aku sadar bahwa banyak hal tidak bisa aku ubah. Mengapa aku memaksakan kehendakku sendiri untuk mengubah hal yang tidak bisa kuubah? Bukankan ini suatu kesombongan? Aku jadi ingat akan kata-kata yang tertulis dalam gambar tahbisanku, "Lord grant me the serenity, to accept the things, I cannot change..... Courage to change the things I can, and wisdom to know the difference" Jika mereka tidak bisa kuubah, maka akulah yang harus berubah. Aku harus menatap mereka secara baru. Aku harus menjalin pertemanan secara baru. Dan membiarkan kuasa Allah sendiri yang mengubahnya.

Setelah kurenungkan ternyata kegelisahanku bukan disebabkan karena teman-temanku yang tetap berbuat seenaknya, melainkan keegoisanku yang ingin dipuji orang bahwa aku telah mengubah mereka. Aku ingin dipuji orang bahwa aku sudah mampu mengubah seorang preman menjadi seorang yang baik. Aku ingin semua orang menatapku dengan bangga bahwa aku telah berbuat banyak hal kebaikan pada teman-teman sehingga mereka menjadi baik. Semuanya kembali padaku bukan kepada teman-teman. Inilah kesombonganku.

Kesombongan dan kebodohan inilah yang membuatku putus asa. Aku hidup dalam mimpi tentang teman-teman yang baik, padahal realitanya teman-teman itu memang begitu. Mereka suka minum minuman keras, berjudi, main pukul, bahkan bertindak keji yang lain. Dalam kenikmatan mimpi ternyata peristiwa Toreng menyadarkan aku akan realita sesungguhnya. Timbulah pemberontakan dan keputusaasaan. Syukurlah banyak malaekat datang dan memberiku banyak hal. Memberiku terang yang mendorongku untuk sadar akan mimpi-mimpi. Aku jadi ingat lagi dengan bukunya A de Mello. Beliau memang hebat.

Perjalanku masih panjang. Tantangan dan pergulatan diri pasti masih terus datang silih berganti. Tapi kini aku tidak takut, sebab aku yakin bahwa Tuhan akan selalu mengutus para malaekatNya datang padaku dan menemaniku sepanjang langkah peristiwa. Seperti malaekat yang menemani Tobia dalam mencari obat bagi bapanya. Akhirnya kuucapkan banyak terima kasih pada semuanya.

Sumber: Pondokrenungan.com

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
Penipu
Penipu

"Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!" Mazmur 32:2

Menipu tidak apa-apa, asal jangan ketahuan. Ini sebuah ungkapan yang mungkin valid bagi begitu banyak orang akhir-akhir ini. Dalam melakukan korupsi misalnya, agar tidak ketahuan, maka para koruptor ini akan menyisakan sebagian dari hasil korupsinya untuk menutup mulut orang-orang yang mungkin berpotensi sebagai ancaman. Ada begitu banyak orang jujur yang akhirnya terpinggirkan, karena ia dianggap tidak berjalan dalam rel yang sama dengan teman-temannya yang curang. Soal tipu menipu bukan hanya berbicara mengenai mengemplang uang yang bukan menjadi haknya, namun berbicara lebih jauh mengenai bentuk-bentuk penipuan lainnya. Menjual barang bekas atau malah rusak tapi dikatakan bagus dan baru, berpura-pura baik namun menusuk dari belakang, dan sebagainya. Ada begitu banyak, mungkin ratusan bahkan ribuan bentuk penipuan yang kita alami sehari-hari, baik sebagai korban, maupun mungkin sebagai pelaku. Alkitab berbicara banyak mengenai tipu menipu, yang jika tidak kita sikapi dengan baik, bisa menjerumuskan kita ke dalam jurang kesesatan yang mengarah pada siksa kekal.

Ayat bacaan hari ini diambil dari salah satu Mazmur Daud yang berbunyi: "Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!" (Mazmur 32:2) Ya, jika anda saat ini sudah diubahkan menjadi manusia baru setelah menerima Kristus, dan tidak berjiwa penipu, anda pantas bersyukur dan berbahagia. Itu artinya anda menghargai betapa berharganya pengorbanan Kristus di kayu salib untuk menyelamatkan kita semua. Itu artinya anda tidak memberi ruang bagi iblis untuk mempengaruhi diri anda. Tuhan tidak menyukai seorang berjiwa penipu. Dalam Amsal 12:2 kita membaca demikian: "Orang baik dikenan TUHAN, tetapi si penipu dihukum-Nya." Dan dalam kesempatan lain, Mazmur menulis demikian: "Apakah yang diberikan kepadamu dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu? Panah-panah yang tajam dari pahlawan dan bara kayu arar." (Mazmur 120:3). Penipu akan mendapatkan upahnya yang mengerikan. Alkitab tidak mengenal tipu kecil atau besar, white lies atau black lies. Tipu adalah tipu. Iblis akan terus mencoba menyesatkan kita lewat kedagingan agar kita tergoda untuk melakukan aksi tipu menipu ini setiap waktu. Itu pekerjaan iblis. Namun ingatlah, ketika anda memandang ke atas, ada mata Tuhan yang akan selalu melihat segala sesuatu yang anda perbuat. Pada saatnya nanti, anda tetap harus mempertanggungjawabkan segalanya di hadapanNya. Manusia mungkin bisa ditipu, tapi Tuhan tidak akan pernah bisa. Tidak ada satupun yang tersembunyi, tidak ada satupun yang tertutup yang tidak akan dibuka, dan yang tidak akan diketahui oleh Tuhan. (Matius 10:26). Seorang penipu akan mendapatkan hukumannya. Di bumi mungkin bisa lolos, tapi di hadapan Tuhan, tidak akan ada yang bisa lolos dari perbuatan sesatnya.

Seorang penipu sama statusnya seperti penyemah berhala, penzinah, pencuri dan hal-hal buruk lainnya di mata Tuhan. Dan mereka ini tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Korintus 6:9-10). Jika mungkin anda pernah melakukannya di masa lalu dan belum mengakuinya, segeralah akui di hadapan Tuhan dan bertobatlah. Dan setelahnya, tinggalkan pola tipu menipu ini dengan sungguh-sungguh. Alkitab berkata "Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita." (ay 11). Ketika anda sudah disucikan, dikuduskan bahkan dibenarkan dalam nama Yesus dan dalam Roh Allah, itu artinya anda sudah dibebaskan dari segala belenggu masa lalu. Maka tugas kita selanjutnya adalah menjaga diri kita agar tidak lagi terpeleset dan termakan jebakan iblis. Tetap rajin berdoa, bertekun membaca dan mendalami Alkitab, dan melakukan firman Tuhan dalam setiap sendi kehidupan kita, akan melatih diri dan jiwa kita untuk tetap berada dalam koridor hidup yang sesuai kehendak Tuhan.

Tidak perlu menipu untuk bisa hidup, tidak perlu menipu untuk bisa sukses, tidak perlu menipu untuk bisa hidup layak. Tidak ada satupun alasan yang bisa membenarkan penipuan. Tuhan adalah Allah yang Maha Adil, yang penuh kasih setia. Tuhan tidak akan pernah menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. (Mazmur 84:12). Tuhan akan selalu mencukupkan bahkan melimpahkan berkatNya kepada setiap anak-anakNya yang taat. Itu pasti. Hidup jujur tidak akan pernah merugikan. Janganlah tergiur untuk memperoleh keuntungan sesaat dan akibatnya harus menanggung resiko yang fatal di kemudian hari. Marilah kita terus melatih diri kita untuk hidup jujur dan benar di hadapan Tuhan. Dan Tuhan akan selalu melimpahkan segala kebaikan bagi kita yang berusaha sungguh-sungguh untuk hidup kudus sesuai kehendakNya.

Hindari segala bentuk penipuan, walau sekecil apapun.

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
Anggur Cinta
Anggur Cinta

"Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur" Kidung 1:2

Bukankah cinta itu sesuatu yang menakjubkan? Coba pikirkan tentang cinta pertama Anda; debaran dan kegembiraan yang Anda rasakan ketika ada seseorang yang mencintai Anda! Ketika saudara perempuan Anda selalu mengingatkan Anda betapa menyebalkannya Anda, dan kaus kaki Anda adalah kaus kaki yang paling bau di seluruh dunia, ada wanita lain yang harum dan secantik bunga yang mengatakan Anda sungguh manis!

Lalu Anda menikahi sang bunga, dan menikmati keharumannya selama bertahun-tahun, sampai satu hari, Anda terbangun dan menyadari keharuman itu telah hilang. Anda melihat si pengantin muda Anda, dan waktu telah meninggalkan jejak di dirinya. Anda melihat cermin, dan bayangan Anda sendiri tidak Anda kenali. Kemanakah cinta telah pergi?

Dalam kebanyakan kasus, cinta itu masih tetap ada disana, tetapi telah melalui beberapa perubahan positif dan negatif. Cinta telah berubah ke arah lebih baik melalui pendalaman akan pengertian yang baru dan lebih berkembang mengenai apa cinta itu. Cinta bukan mengenai hubungan seksual, makan malam romantis dan berdansa di malam hari, tetapi mengenai hubungan dan cinta kasih. Pasangan Anda tidak hanya mengedipkan matanya kepada Anda, tetapi sekarang Anda sekarang yang mengedipkan mata yang pedih ketika ia membantu Anda memasang contact lens. Ketika suami Anda dulunya memandang Anda dengan mesra dari seberang meja makan dan dengan lembut menyuapi Anda dengan jarinya, sekarang ia menyuapi Anda makan pagi, siang dan malam selama 6 minggu karena tangan Anda patah akibat cucu Anda tiba-tiba melompat menimpa Anda! Anda melihat rambut istri Anda dan berpikir kemanakah rambutnya yang dulu hitam legam, dan sekarang hanya ada beberapa bayangan abu-abu.. Anda memegang sendiri kepala Anda hanya untuk merasakan licinnya kepala Anda sekarang.

Yah, waktu telah berubah banyak bagi Anda berdua, dan ketika Anda memikirkan kenyataan ini, sudut bibir Anda bergerak naik dan Anda senang Anda tidak sendirian dalam melewati transformasi alamiah ini. Anda berpaling kepada pasangan Anda dan tersenyum tanpa alasan yang jelas, dan ia kembali berpikir Anda sedang pada "masa senioritas" yang lain!

Dan untuk yang negatif, perubahan negatif itu tidak PERLU terjadi, tetapi sedihnya, dalam pernikahan, hal itu sering terjadi karena kita sering saling meremehkan. Kita berpikir hal yang tersulit adalah bagian memasukan cincin ke dalam pasangan kita dan sekarang, kita dapat duduk-duduk santai dan menikmati masa indah selamanya. Dan ketika masa indah itu tidak datang, kita mulai marah, merasa frustrasi dan menyalahkan, "Ia tidak bersikap sama kepada saya seperti dulu!" ujar Anda.

Bagaimana dengan Anda? Bagaimana sikap ANDA terhadap pasangan Anda? Apakah Anda berkata-kata dengan kata-kata pedas dan mengharapkan respon semanis madu? Bagaimana dengan tindakan Anda sendiri? Apakah Anda mengacuhkan kebutuhan pasangan Anda sementara Anda menginginkan ia memenuhi kebutuhan Anda?

Sebagaimana ayat itu membandingkan cinta dengan anggur, pernikahan seperti layaknya kebun anggur harus dirawat, disiram dan dipupuk jika Anda menginginkan buah anggur yang manis dan lezat untuk dibuat anggur. Jika tidak, kebun anggur itu akan mulai mati dan mengering, dan air yang keluar dari buah anggur itu terasa asam.

Cinta dalam pernikahan LEBIH nikmat dibandingkan dengan anggur, karena seperti rasa anggur yang semakin enak seiring dengan berlalunya waktu, cinta kasih yang terpelihara memiliki kemampuan untuk menumbuhkan karakter dan intensitas. Minuman terenak!!

Hal yang sama juga berlaku dalam hubungan kita dengan Tuhan. Mengacuhkan hubungan kita akan menyebabkan kepahitan jiwa dan kehancuran terhadap keselamatan yang telah kita peroleh.

Sumber: pondokrenungan.com

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
Salah Menaruh Hati
Hakim-hakim 14:2 Ia pulang dan memberitahukan kepada ayahnya dan ibunya: "Di Timna aku melihat seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku."

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 59-60; Markus 3-4; Bilangan 1-4

Keperkasaan Simson sangat menakjubkan. Ia lahir karena kasih karunia Allah. Allah telah memperlengkapi dengan kekuatan yang luar biasa sejak lahir. Tetapi sayang, keperkasaannya hilang karena salah menaruh hatinya. Tradisi Israel melarang untuk kawin campur yang gawur dengan bagsa-bangsa lain. Simson sebagai orang Israel asli tentu mengenal tradisi tersebut. Ia menyepelekan larangan Allah. Simson lebih memperhatikan kecantikan Delila, dibanding peraturan Allah.

Dalam memilih kekasih, Simson hanya memperhatikan penampilan luar. Ia melihat Delila hanya dari sudut pandang jasmani, bukan dari sudut pandang Allah. Ia tidak mengambil keputusan berdasarkan persetujuan Allah. Akibat kesalahannya, hidup Simson bukan hanya gagal melainkan berakhir dengan tragis.

Kita mungkin tidak seperti Simson dalam hal menaruh hati. Namun tanpa sadar, kita juga melakukan hal serupa. Kita menaruh hati di tempat yang lain, pada sesuatu yang bukan Allah, misalnya hati kita lebih terpaut pada orang yang kita cintai, hobi, pekerjaan, barang baru yang kita miliki dan lain-lain. Tidak salah kita mencintai hal-hal itu, tetapi Tuhan haruslah tetap nomor satu. Ketika kita salah menaruh hati, berarti bencana bagi kita.

Waspadalah! Jika hati kita kotor, hidup kita pun tidak akan jauh berbeda.

Sumber: Jawaban.com

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
Abu dan Pertobatan
Abu dan Pertobatan

Puasa dimulai hari Rabu abu ini dengan penerimaan abu yang merupakan suatu tanda pertobatan yang bersifat komunal. Di seluruh dunia setiap orang katolik menerima abu di dahinya sebagai ungkapan kesediaan mereka untuk memulai saat pertobatan. Abu yang telah kita terima di dahi itu tak dapat disembunyikan seperti halnya saat kita menerima suntikan, di mana setelah disuntik kita bisa menutupinya dengan menurunkan kembali lengan baju. Abu diberikan di dahi dan karenanya semua orang bisa melihatnya dengan mudah.

Di hari Rabu abu kita tidak datang menerima abu di tangan dan secara sembunyi-sembunyi kita kembali lalu mengoleskannya di dahi. Dahi yang bersih saat kita datang kini ditaburi abu untuk bias dilihat secara jelas oleh semua orang tanpa mampu bersembunyi.

Tentu ketika kita keluar dari pintu gereja setelah menerima abu di dahi, kita mungkin akan merasa malu bahwa justru bagian diri kita yang biasanya dengan mudah dilihat orang kini dikotori. Apa lagi kalau kita berada di lingkungan yang mayoritasnya tak beriman sama seperti kita, yang tak mengenal dan tak memahami apa makna di balik kotornya dahi tersebut. Tapi justru inilah nilai rohani dari penerimaan abu, yakni bahwa kita secara terbuka dan dengan amat rendah hati berdiri di hadapan sesama dan berkata bahwa kita bukanlah manusia yang bersih. Kita adalah kaum pendosa. Kita butuh sesuatu yang melampaui kekuatan manusiawi kita, yakni kekuatan rahmat Allah untuk membebaskan kita dari keadaan kita saat ini, yakni membebaskan kita dari dosa-dosa kita.

Satu hal menarik saat kita menerima abu. Karena abu diurapi di dahi kita, maka amatlah mustahil bahwa kita bisa melihat secara langsung betapa kotoranya dahi kita. Kita hanya bisa melihatnya lewat cermin setelah kita kembali ke rumah. Namun kita bisa dengan amat mudah melihat kotornya dahi orang lain. Di sini orang lain seakan berdiri di depan kita dan menjadi cermin tempat kita melihat diri kita masing-masing. Dalam hidup nyata kitapun dapat dengan mudah melihat kekurangan, kelemahan serta keburukan orang lain. Kita sulit melihat dengan jelas kelemahan diri sendiri. Orang lain selalu salah sementara aku selalu berada di pihak yang benar. Namun di hari Rabu abu sesamaku adalah gambaran diriku. Sesamaku adalah cermin diriku. Aku melihat diriku yang penuh kelemahan melalui orang lain yang kini berada di depanku. Tak ada yang bisa kita katakan di saat itu kecuali bersama-sama berdiri di hadapan Tuhan dan mengakui bahwa kita adalah manusia lemah, manusia yang sering jatuh. Kita adalah manusia yang bersama-sama membutuhkan rahmat istimewa dari Tuhan agar bisa bangun lagi dan menjadi layak lagi disebut anak-anak pilihanNya.

Selamat memasuki masa puasa dan lebih lagi mari kita mulai bertobat.

Sumber: pondokrenungan.com

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
5 Menit Telah Menyelamatkan Nyawa Saya
5 Menit Telah Menyelamatkan Nyawa Saya

Shalom,saya ingin berbagi pengalaman dengan teman-teman sekalian. Kejadian berawal kemarin (20 Juni) sekitar jam 10 malam saat saya mengendarai mobil dengan sepupu di daerah lampu merah ke arah Tugu Tani dari arah kebun sirih. Tiba-tiba kaca depan kiri sepupu saya yang sedang menelpon di gedor-gedor dengan pemuda yang masih belasan tahun. Kita kaget dan berteriak lalu pemuda itu meminta handphone sepupu saya. Lalu beliau sembari menunjukkan besi di perutnya, dan langsung tiba-tiba menghantam kaca depan mobil saya. Perasaan saya hanya bisa melihat kaca mobil yang timbul retak-retak dan mulai berjatuhan serpihan kacanya.

Lalu saya berpikir apa yang harus saya lakukan sedangkan lampu merah masih lama, dan tidak ada satu orang pun yang menolong kami. Dan sempat beliau memukul kaca depan mobil kami,akhirnya saya berteriak TUHAN YESUS dan langsung masukkin gigi mundur. Tiba-tiba mobil saya nabrak mobil di belakang dan Pemuda tersebut meninggal kan mobil kami begitu saja. Akhirnya setelah mundur, saya mengambil jalan sebelah kanan. Lalu mobil belakang saya mengklakson mobilnya agar minta pertanggung jawaban saya. Tapi setelah melihat kaca depan mobil hancur,beliau hanya mengangkat tangannya (seolah –olah memberitahu it’s oke). Karena saat itu saya shock dan tidak berani turun karena pemuda itu belum jauh meninggalkan mobil kami.

Dan lampu hijau menyala, saya langsung pulang ke rumah. Dan saya hanya bisa berdoa mengucap syukur sepanjang perjalanan dan di rumah. Dan anehnya saya tidak sakit hati, tidak kesal dengan pemuda tsb. Dan saya berdoa Tuhan mau mengampuni dan menjamah hati Pemuda itu. Dan saya percaya segala sesuatu yang terjadi adalah yang terbaik untuk kehidupan saya.

Saya tak bisa membayangkan jika saya tidak menyebut nama Tuhan Yesus, mungkin ada beberapa kejadian :
1. Kaca sebelah kiri depan sudah di hantam oleh pemuda tsb untuk mengambil handphone sepupu saya.
2. Mobil di belakang saya menuntut ganti rugi

Akhirnya saya membawa mobil tsb untuk claim asuransi.
Dengan kejadian ini, Tuhan Yesus berkarya untuk kehidupan aku.

Thank you Lord.

God Bless You.

Sumber: pondokrenungan.com
Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
Puji dan Janji 74
Kamis, 2 April 2009

Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
[ Mazmur 103:2 ]

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
[ I Tesalonika 5:18 ]

Bacaan Alkitab: I Korintus 2:1-5; Lukas 22:39-46

Sumber: Puji dan Janji 2009

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
Puji dan Janji 73
Rabu, 1 April 2009

Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku, ya TUHAN, keselamatan dari pada-Mu itu sesuai dengan janji-Mu.
[ Mazmur 119:41 ]

ketika Barnabas sampai di sana, dan melihat bagaimana Allah memberkati orang-orang itu, ia gembira sekali. Lalu ia minta supaya mereka sungguh-sungguh setia kepada Tuhan dengan sepenuh hati.
[ Kisah Para Rasul 11:23 ]

Bacaan Alkitab: Ibrani 9:11-15; Lukas 22:31-38

Sumber: Puji dan Janji 2009

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |
Puji dan Janji 72
Selasa, 31 Maret 2009

Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku. Aku akan mengasihani mereka, seperti seorang bapak menyayangi anak yang mengabdi kepadanya.
[ Maleakhi 3:17 ]

Maka berangkatlah ia pulang kepada ayahnya. Masih jauh dari rumah, ia sudah dilihat oleh ayahnya. Dengan sangat terharu ayahnya lari menemuinya, lalu memeluk dan menciumnya.
[ Lukas 15:20 ]

Bacaan Alkitab: Ayub 19:21-27; Lukas 22:24-30

Sumber: Puji dan Janji 2009

Baca Selengkapnya...
Labels: 0 comments |