Berdosa & Berdoa
Berdosa & Berdoa

( Luk 18:9-14 )
( Mak Anna dan Anaknya )
Saudara-saudara yang terkasih, ketika saya masih frater yang sedang berpastoral di salah satu kota di Jawa Timur, saya mengalami suatu peristiwa ini. Ada seorang nenek, katakanlah namanya Mak Anna yang mempunyai seorang anak perempuan umurnya sekitar 20 tahun. Anak perempuannya, yang sebut saja Engky, ini ternyata tidak normal, seringkali ia menderita seperti epilepsi. Mak Anna ini hidup hanya bersama anaknya yang tidak normal ini dan ia sangat mencintai anaknya. Pada suatu hari saya mendapat tilpun dari seorang ibu, bahwa Engky sakit sangat gawat, ia minta saya segera datang ke rumahnya. Saya dengan cepat menghubungi seorang dari kelompok Legio Maria untuk menemani saya berkunjung ke rumahnya. Ketika saya sampai di rumahnya dan memasuki kamar, saya melihat Engky berbaring di tempat tidur dengan nafas yang tersengal-sengal. Mak Anna ada di sampingnya dan ada dua ibu tetangga di dalam kamar itu. Kata Mak Anna ketika melihat saya: ‘F’Frater..., bagaimana dengan anak saya ini.....’ Saya diam saja hanya melihat Engky sambil memegang tangannya. Saya lalu mengajak ibu-ibu yang ada di situ berdoa rosario. Kami lalu mulai dengan doa Rosario dan Mak Anna juga ikut berdoa. Satu peristiwa doa rosario telah selesai, tetapi Engky semakin berat nafasnya. Mak Anna bertambah bingung melihat anaknya semakin tersengal-sengal, malah dikirain anaknya akan mati. ‘Yesus...., Yesus.... tolonglah anakku...’ Mak Anna mulai berteriak-teriak. Kami semua menjadi tambah bingung. Doa Rosarionya menjadi kacau karena diganggu teriakan Mak Anna. Semakin lama Mak Anna semakin histeris, ia berdiri, lalu menyobek-nyobek bajunya sendiri. Orang-orang memegangi Mak Anna erat-erat karena kepalanya sendiri dibentur-benturkan ke tembok. Pada saat itu datanglah seorang Suster yang telah dihubungi sebelumnya. Suster yang berkarya di sebuah poliklinik ini membawa stetoskop untuk memeriksa Engky. Ia berkata kepada saya lirih: ‘Tidak apa-apa, jangan khawatir...’ Mak Anna yang mendengar kata-kata Suster itu mereda histerisnya dan mau duduk kembali. Hari itu Engky dibawa ke rumah sakit dan akhirnya sembuh. Saudara-saudara yang terkasih, pada saat Engky sakit itu, siapakah yang sebe­narnya berdoa? Kami semua pertama-tama menyalahkan Mak Anna yang meng­ganggu doa rosario kami, tetapi akhirnya kami semua menyadari bahwa yang sesung­guhnya berdoa pada waktu itu adalah Mak Anna sendiri. Ia berdoa dengan seluruh perasaannya, sedangkan yang lain mungkin hanya mulutnya saja yang berkomat-kamit.

( Doa Bukan Hanya di Mulut )
Saudara-saudara yang terkasih, sesungguhnya doa itu merupakan sambung rasa dengan Tuhan, jadi bukan hanya sambung kata saja. Tuhan hanya mendengarkan apa yang bersuara dalam hati kita, dalam rasa kita, bukan kata-kata yang keluar dari mulut kita. Memang baik juga berdoa dengan kata-kata, tetapi kata-kata tanpa dihayati dalam rasa akan merupakan kata-kata kosong belaka. Oleh karena itu marilah kita merefleksi doa-doa kita setiap hari, baik di Gereja maupun secara pribadi di rumah. Apakah kita ini hanya pandai menghafal doa hafalan, seperti Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan dan sebagainya. Doa-doa itu semua baik saudara-saudara, asalkan dihayati betul arti katanya, bukan hanya sekedar berbunyi di mulut. Karena saya mengalami berdoa bersama rosario bersama umat di kring. Ada yang berdoa dengan pelan dengan penuh penghayatan, tetapi ada yang begitu cepat, supaya cepat sesesai dan menikmati hidangan. Nah yang kedua inilah yang tidak baik. Orang Katolik tidak diharuskan berdoa hafalan, tetapi juga doa pribadi yang keluar secara tulus dari hati. Tetapi biasanya yang kedua ini orang-orang Kristen Protestan lebih baik. Kita akui saja, bahwa mereka lebih baik dalam doa pribadi, oleh karena itu marilah kita belajar dari mereka untuk dapat berdoa pribadi dengan lebih baik lagi.

( Doa Seorang Pemungut Cukai )
Saudara-saudara yang terkasih, dalam Injil yang baru saja kita dengarkan, ada dua orang yang sedang berdoa. Yang satu adalah orang Farisi dan yang lain adalah seorang pemungut cukai. Yang akan ditekankan di sini adalah bagaimana sikap mereka dalam berdoa. Orang Farisi ini berdoa dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan dirinya sendiri di hadapan Tuhan, bahwa ia selalu taat berdoa, berpuasa dan berderma dan sebagainya. Yang kurangajar ialah bahwa ia menganggap lebih suci dari orang lain. Bahkan menunjuk pada pemungut cukai itu sambil berkata: ‘A’Aku bersyukur kepadaMu Tuhan, karena aku bukan perampok, pezinah dan tidak seperti pemungut cukai itu.’ (Luk 18: 11). Di hada­pan Tuhan ia menilai dirinya sendiri baik dan orang lain jelek. Saudara-saudara yang terkasih, inilah yang disebut kesombongan rohani. Oleh karena itu Yesus sering menga­ta­kan bahwa mereka ini adalah orang-orang munafik. Orang Farisi seringkali disebut Yesus untuk melambangkan kesombongan bangsa Israel secara keseluruhannya yang nota bene adalah bangsa pilihan Tuhan. Mereka karena merasa sudah terpilih Tuhan, maka menganggap Surga itu miliknya sendiri, dan tidak senang orang lain juga ikut memasuki Sorga. Mereka berdoa sambil menuntut Tuhan membalas kebaikan-kebaikan yang sudah ia lakukan. Di lain pihak adalah pemungut cukai, yang memasuki Bait Allah dengan takut-takut karena ia merasa sebagai orang berdosa yang tak pantas mendekati Allah. Perlu diketahui bahwa para pemungut cukai ini di Israel sangat dibenci rakyat. Karena kebanyakan dari mereka menggunakan tugasnya ini untuk memperkaya diri dengan memungut pajak lebih daripada seharusnya. Sistem pajak dalam masa penjajahan itu begini: Penguasa Romawi hanya menentukan bahwa suatu daerah harus menyetorkan pajak sekian, misalnya saja 5 juta rupiah pertahun. Jika Kepala Daerah bisa menarik pa­jak lebih dari 5 juta rupiah, maka kelebihannya itu dipakai untuk dirinya sendiri. Jadi pa­ra pemungut cukai harus bisa menarik pajak dari rakyat sebesar-besarnya agar keun­tungan para Kepala Daerah semakin banyak. Inilah sebabnya para pemungut cukai ini dibenci rakyat dan dianggap sebagai pemeras. Tetapi tentu saja tidak setiap pemungut cukai berbuat demikian, ada juga yang jujur, memungut secara wajar. Pemungut cukai yang merasa banyak dosanya ini berdoa: ‘Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.’ Pemungut cukai ini sungguh-sunguh menyadari dosanya yang membuat dirinya dibenci rakyat. Mungkin ia adalah pemungut cukai yang jujur, yang memungut sewajarnya apa yang harus dibayar rakyat, tetapi dengan mau melaksanakan jabatannya itu saja sudah dianggap sebagai dosa. Orang ini merasa tak pantas masuk dalam Bait Suci, maka ia tak berani mendekati altar ataupun menengadah ke atas, sebagaimana orang Farisi berdoa. Hanya dengan belas kasihan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Pengampun saja ia menjadi pantas. Saudara-saudara yang terkasih, sebenarnya kita pun seperti para pemungut cukai ini. Kita pun tak pantas memasuki Gereja atau Rumah Tuhan dalam keadaan dosa, apa­lagi dosa berat. Tetapi jika kita bertobat, menyesali dosa-dosa kita, dan karena belas kasihan Tuhan yang telah mengampuni kita, kita menjadi pantas masuk dan berdekatan dengan Tuhan Yang Kudus. Hanya dengan belas kasihan dan rahmatNya saja kita ini men­jadi pantas menjadi anak Tuhan.

( Aku Ini Orang Berdosa )
Saudara-saudara yang terkasih, di hadapan Tuhan kita ini tidak berarti apa-apa, hanya Tuhan saja yang mampu menjadikan kita berarti. Oleh karena itu tak ada alasan sedikit pun jua kita menyombongkan kebaikan-kebaikan kita. Apalagi dengan menganggap diri lebih baik daripada orang lain. Orang-orang semacam ini justru tak pantas menjadi anak Tuhan. Marilah kita dengan rendah ati berkata seperti apa yang dikatakan Petrus kepada Yesus: ‘T’Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini orang berdosa’ (Luk 5:8 ). Justru dengan sikap inilah Tuhan mau mendekati kita dan menganugerahkan pengampunanNya. Amin.
Zakheus Membuat Kejutan (Luk 19:1-10). Membaca kisah Zakheus ini saya bisa tertawa sendiri. Betapa tidak, ada orang tua naik pohon untuk melihat Yesus lewat. Jika yang naik pohon itu anak-anak, maka hal itu adalah sesuatu yang wajar, tetapi di sini yang naik pohon adalah Zakheus, orang tua, Kepala Pemungut Cukai, jadi bukan orang sembarangan, bukan? Nah untuk selanjutnya, Anda akan banyak menemukan kejutan-kejutan dalam kisah Zakheus ini. l Kejutan 1: Ada orang tua dan orang terpandang naik pohon untuk melihat Yesus. Orang itu adalah Zakheus. l Kejutan 2: Yesus menyapa dengan ramah Zakheus. Hal ini sama sekali di luar dugaan Zakheus. Zakheus tentunya tahu diri, sebagai Kepala pemungut cukai yang dibenci rakyat, tentunya juga dibenci Yesus. Mestinya Yesus akan melengos tanpa mau melihatnya atau bahkan meludah ketika melihatnya. Tetapi sungguh di luar benak Zakheus, Yesus menyapa, memanggil namanya bagaikan seorang sahabat lama saja. l Kejutan 3: Yesus mau menumpang di rumahnya. Di sini yang terkejut bukan hanya Zakheus, tetapi juga para murid Yesus sendiri. l Kejutan 4: Yesus memberikan jaminan keselamatan pada Zakheus. Bahkan pada diri Kepala pemungut cukai pun masih ada kesempatan untuk memperoleh keselamatan l Kejutan 5: Zakheus berjanji akan memberi setengah dari harta kekayaannya untuk orang miskin. Serta akan mengembalikan 4 kali lipat jika ada orang yang pernah diperasnya. Ini adalah sebuah silih atas dosa-dosanya. Nah dalam Kisah Zakheus ini ternyata ada 5 kejutan, yaitu peristiwa yang luar biasa, yang tidak akan terjadi sebagaimana biasanya. Sekarang kita akan lihat satu persatu kejutan-kejutan yang terjadi pada Kisah Zakheus ini.

(Orang Tua Naik Pohon)
Zakheus bukan hanya orang tua, tetapi juga orang yang berpangkat tinggi, walaupun jabatannya tidak disukai rakyat, karena dia adalah Kepala Pemungut Cukai. Betapa tidak mengejutkan ada oranga tua berpangkat, memanjat pohon, hanya untuk dapat melihat Yesus. Apakah ia tidak malu diketahui oleh orang banyak, yang sebagian besar tentunya mengenal dia? Hal itu hanya mungkin jika dalam hati Zakheus memang sudah terbakar kerinduan untuk dapat melihat Yesus. Ini berarti dalam hati Zakheus, bukan hanya sekedar ingin tahu atau ingin melihat rupa Yesus , tetapi tentunya sudah terkandung benih iman yang dalam.Melihat Yesus Sang Mesias berarti melihat keselamatan, maka ia memutuskan untuk tidak boleh tidak, harus melihat Yesus, dengan cara apapun hari itu. Mungkin kesempatan lain mungkin tidak akan terjadi lagi, yaitu Yesus melewati rumahnya..

(Bagaikan Sahabat Lama)
Yesus tidak melengos menunjukkan ketidaksukaannya pada Zakheus, sebagaimana rakyat membencinya. Ia bahkan menyapa Zakheus dengan memanggil namanya, entah siapa yang memberi tahu nama Zakheus. Di sini tampaknya Yesus bagaikan menyapa sahabat lama saja. Mungkin Yesus sudah tahu apa yang terkandung dalam hati Zakheus, Yesus mungkin tersentuh pada usaha Zakheus dengan segala cara untuk melihat diriNya, walaupun dengan cara yang mungkin akan memalukan bagi seorang Kepala Pemungut Cukai ini. Yesus tahu bahwa di dalam peristiwa yang menggelikan dan memalukan ini terkandung iman yang besar, maka Yesus memutuskan untuk tinggal di rumah orang yang baru beriman ini.

(Janji Zakheus)
Janji Zakheus juga merupakan kejutan , karena baru kali ini kita melihat ada orang bertobat dengan janji memberikan setengah hartanya (dalam kasus ini cukup besar jumlahnya, karena Zakheus itu kaya). Jika Zakheus itu orang jujur, maka sebagai kepala Pemungut Cukai ia juga akan bisa kaya, tetapi dengan tidak jujur kekayaannya bisa menjadi dua kali lipat jumlahnya. Maka separo dari harta kekayaannya yang mungkin didapatkan dari hasil ketidak-jujurannya itu akan dikembalikan dengan cara membagikannya kepada orang miskin. Untuk meyakinkan pada Yesus bahwa ia benar-benar telah bertobat, maka ia berjanji lagi akan mengembalikan 4 kali lipat kepada orang yang pernah diperasnya. Di sini kita tahu Zakheus benar-benar telah berubah. Zakheus lama telah berubah menjadi Zakheus baru, akibat sapaan ramah Sang Mesias. Hari itu telah terjadi keselamatan di Rumah Zakheus. Keselamatan itu terjadi dari dua pihak. Pertama adalah pertobatan Zakheus dan kedua adalah kedatangan Yesus. Hanya di dalam Yesuslah ada keselamatan, maka kehadiran Yesus adalah kedatangan keselamatan itu.

(Apa Artinya bagi Kita)
Apa arti kisah Zakheus ini bagi kita? Marilah kita teliti satu-persatu: l Jangan mudah putus asa, jika kita mendapatkan banyak kendala dalam mencari Tuhan. Tuhan berkata bahwa dalam kaum miskinlah kita akan dapat melihat Tuhan. (Mat 25:40). Untuk bisa membantu dan mencintai kaum miskin, kita banyak kendala. Marilah kita meniru pada Zakheus untuk tidak mudah putus asa untuk melihat Yesus. Jangan malu-malu kalau kita mau berinisiatip membantu kaum miskin dan mencintainya. Biarlah orang lain mentertawakan usaha kita, mungkin usaha kita in I bagaikan Zakheus yang memanjat pohon untuk melihat Yesus. l Jangan buang orang-orang yang kita pandang berdosa, marilah kita dekati dengan baik-baik penuh persahabatan. Kita perbaiki kelakuannya dengan cara yang bersahabat. Kebencian, sumpah serapah dan pengusiran tak akan membuahkan kebaikan bagi dia dan kita. Kita mungkin bisa meniru Yesus yang menyapa ramah Zakheus sang pendosa itu. l Walaupun Tuhan telah mengampuni dosa-dosa kita dalam sakramen tobat misalnya, marilah kita membuat silih sebagai bukti bahwa kita benar-benar telah berubah. Misalnya janji pada Tuhan untuk membantu kaum miskin yang kita kenal, memberi dana pada anak yatim-piatu, berpuasa, mati raga, atau berjanji akan membuat kebaikan-kebaikan yang lain. Hal itu akan sangat menyenangkan hati Tuhan.

(Penutup)
Akhirnya marilah saudara-saudari terkasih dalam Yesus, dalam ekaristi ini kita berdoa, agar Tuhan juga menganugerahi kita rahmat keberanian, sebagaimana Zakheus yang pantang menyerah untuk mendapatkan jalan melihat wajah Tuhan dan keberanian untuk membuat silih yang bisa menyenangkan hati Tuhan dan sesama kita. Amin.

Sumber: Pondokrenungan.com

Labels:
0 Responses